Contoh Sikap Mandiri Dalam Belajar Forex
Kemandirian Dalam Belajar Konsep Belajar Mandiri (Selbstgesteuertes Lernen) sebenarnya berakar dari konsep pendidikan orang dewasa. Namun demikian berdasarkan beberapa penelitian yang dilakukan von para ahli seperti Garrison tahun 1997, Schillereff tahun 2001, dan Scheidet tahun 2003 ternyata belajar mandiri juga cocok untuk semua tingkatan usia. Dengan kata gelegen, belajar Mandiri sesuai untuk semua jenjang sekolah baik untuk sekolah Menengah maupun sekolah dasar dalam rangka meningkatkan Prestasi dan kemampuan Siswa (nwrel. orgplaningreportsself-directindex. php) Pengertian tantang belajar Mandiri sampai saat ini belum ada kesepakatan Dari para ahli. Ada beberapa variasi pengertian belajar mandiri yang diutarakan oleh para ahli seperti dipaparkan Abdullah (2001: 1-4) Sebastian Berikut: 1. Belajar Mandiri Memandang Siswa Sebastian Jakobsmuschel als Pemilik Tanggung Jawab Dari Proses Pelajaran Mereka Sendiri. Belajar Mandiri mengintegrasikan Selbstverwaltung (manajemen konteks, menentukan setting, sumber daya, dan tindakan) dengan selbstüberwachung (siswa memonitor, mengevaluasi als mengatur strategi belajarnya) (Bolhuis Garrison). 2. Peran kemauan dan motivasi dalam Belajar Mandiri sangat penting di dalam memphan dan memelihara usaha siswa. Motivation Memandu dalam mengambil keputusan, dan kemauan menopang kehendak untuk menyelami suatu tugas sedemikian sehingga tujuan dapat dicapai (Corno Garrison). 3. Di dalam belajar mandiri, kendali secara berangsur-angsur bergeser dari para guru ke siswa. Siswa mempunyai banyak kebebasan untuk memutuskan pelajaran apa dan tujuan apa yang hendak dicapai dän bermanfaat baginya (Lyman Morrow, Sharkey, amp Firestone). 4. Belajar Mandiri 8220ironisnya8221 justru sangat kolaboratif. Siswa bekerja sama dengan para guru als Siswa lainnya di dalam Kelas (Bolhuis Corno Leal). 5. Belajar Mandiri mengembangkan pengetahuan Yang lebih spesifik seperti halnya kemampuan untuk mentransfer pengetahuan konseptual ke situasi baru. Upaya untuk menghilangkan pemisah antara pengetahuan von sekolah dengan permasalahan hidup sehari-hari von dunia nyata (Bolhuis-Tempel amp Rodero). Jika para ahli di atas Mitglied des Vereines tentang belajar mandiri secara sepotong-sepotong, maka Haris Mujiman (2005: 1) mencoba memberikan pengertian belajar mandiri dengan lebih lengkap. Menurutnya belajar mandiri adalah kegiatan belajar aktif, yang didorong oleh niat atau motiv untuk menguasai suatu kompetensi guna mengatasi suatu masalah, dan dibangun dengan bekal pengetahuan atau kompetensi yang dimiliki. Penetapan kompetensi sebagai tujuan belajar, dan, cara, pencapaiannya 8211 baik penetapan waktu belajar, tempat belajar, rama belajar, tempo belajar, cara belajar, maupun auswertungen belajar 8211 dilakukan oleh siswa sendiri. Di sini belajar mandiri lebih dimaknai sebagai usaha siswa untuk melakukan kegiatan belajar yang didasari von niatnya untuk menguasai suatu kompetensi tertentu. Pengertian belajar mandiri Yang lebih terinci lagi disampaikan oleh Hiemstra (1994: 1) yang mendeskripsikan belajar mandiri sebagai Berikut: 1. Setzen Sie sich auf siswa berusaha meningkatkan tanggung jawab untuk mengambil berbagai keputusan dalam usaha belajarnya. 2. Belajar mandiri dipandang sebaiai suatu sifat yang sudah ada pada setiap orang als situasi pembelajaran 3. Belajar mandiri bukan berarti memisahkan diri dengan orang lain 4. Dengan belajar mandiri, siswa dapat mentransfer hatil belajarnya yang berupa pengetahuan als keterampilan ke dalam situasi yang lain. 5. Siswa yang melakukan belajar mandiri dapat melibatkan berbagai sumber taga dan aktivitas, seperti: médagación sigità, belajar kelompok, latihan-latihan, dialog elektronik, dan kegiatan korespondensi. 6. Peran efektif guru dalam belajar mandiri masih dimungkinkan, seperti dialog dengan siswa, pencarian sumber, mengevaluasi hasil, dan Mitglied gagasan-gagasan kreatif. 7. Beberapa institusi pendidikan sedang mengembangkan belajar mandiri menjadi programm yang lebih terbuka (seperti Universitas Terbuka) sebagai alternatif pembelajaran yang bersifat einzeln dan programm-programm inovatif lainnya. Berdasarkan beberapa pendapat para ahli dan beberapa pertimbangan di atas, maka belajar Mandiri dapat diartikan sebagai Usaha individu untuk melakukan kegiatan belajar Secara Sendirian maupun dengan bantuan orang gelegen berdasarkan motivasinya sendiri untuk menguasai Suatu Materi dan atau kompetensi tertentu sehingga dapat digunakannya untuk memecahkan masalah Yang dijumpainya di Dunia nyata. Selbstgesteuertes Lernen adalah kegiatan belajar mandiri, sedangkan orang yang melakukan kegiatan belajar mandiri sering disebut siswa mandiri (selbstgesteuerte Lernende). Abdullah, M. H (2001) dalam ERIC verdauen Nr. 169 mengatakan selbstgerichtete Lernende adalah sebagai 8220para manajer dan pemilik tanggung jawab dari proses pembelajaran yang mereka lakukan sendiri8221. Individu seperti itu mempunyai keterampilan untuk mengakses als memproses informasi yang mereka perlukan untuk suatu tujuan tertentu. Dalam belajar mandiri mengintegrasikan Selbstverwaltung (manajemen konteks termasuk latar belakang soziale, menentukan, sumber daya dan tindakan) dengan yang selbstüberwachung (proses siswa dalam memonitor, mengevaluasi, dan mengatur strategi belajarnya). Belajar mandiri dan siswa mandiri seperti sekeping mata uang yang mempunyai dua muka yang berbeda tetapi merupakan satu kesatuan yang mempunyai suatu fungsi yang saling mendukung. (Sumber: Roger Hiemstra: 1998: 25) Belajar Mandiri (Selbstgesteuertes Lernen) yang ada di sisi sebelah. (Sumber: Roger Hiemstra: 1998: 25) Belajar Mandiri (Selbstgesteuertes Lernen) yang ada di sisi sebelah Kiri dari modell, mengacu pada karakteristik proses belajar mengajar, atau apa yang kita dikenal sebagai faktor eksternal dari si siswa. Di sini mengacu pada bagaimana Proses pembelajaran itu dilaksanakan. Siswa mandiri (LearnerSelf-Richtung) yang ada di sebelah kanan dari modell, mengacu pada einzelnes yang melakukan kegiatan belajar. Termasuk di dalamnya yaitu karakteristik kepribadian siswa, ata sering kita kenal dengan faktor internen dari individu yang bersangkutan. Jika kedua hal tersebut (Selbstgesteuertes Lernen als Learner Selbst-Richtung) dapat tercipta dalam proses pembelajaran, maka individu dapat memiliki kemandirian dalam belajar (Selbst-Richtung beim Lernen). Dengan demikian Kemandirian belajar (selbstgesteuert Lernen) dapat diartikan sebagai sifat dan sikap serta kemampuan Yang dimiliki Siswa untuk melakukan kegiatan belajar Secara Sendirian maupun dengan bantuan orang gelegen berdasarkan motivasinya sendiri untuk menguasai Suatu kompetensi tertentu sehingga dapat digunakannya untuk memecahkan masalah Yang dijumpainya di Dunia nyata. Burt Sisco dalam Hiemstra (1998: Membran-Sebuah-Modell Yang Membrane Ind ividu untuk Menjadi Lebih Mandiri Dalam Belajar Menurut Sisco ada 6 Langkah Kegiatan Untuk Membrane Individu menjadi Lebih Mandiri Dalam Belajar, yaitu: (1) Vorplanung (aktivitas sebelum proses pembelajaran) 2) menciptakan Lingkungan belajar yang positif, (3) mengembangkan rencana pembelajaran, (4) mengidentifikasi Aktivitas pembelajaran yang sesuai, (5) melaksanakan kegiatan pembelajaran dan Überwachung, dan (6) mengevaluasi hasil pembelajar individu. Sisco menggambarkan Modell tersebut di atas dalam bagan Sebastian: Gambar 2 Pembelajaran individuell (Sumber: Hiemstra. 1998) Artikel bambino. jpg banjarnegarambs. wordpress pada tanggal 9 November 2008 Post navigation Blog Stats Folgen Blog verfolgen Ini Neueste Beiträge Neueste Kommentare Tulisan Teratas arsip tulisanMenumbuhkan Budaja Gemar Belajar Dan Hidup Mandiri Alam takambang jadi Guru adalah sebuah falsafah hidup orang Minangkabau als er selbst buku Almarhum AA Navis sampai saat ini tetap tidak lapuk karena hujan dan lekang karena panas. Filsafat ini tetap bisa jadi pijakan hidup kita sebagai orang tua dalam kehidupan dalam masyarakat. Sekaligus filsafat ini mengajak kita untuk peka dan bercermin ata peristiwa-peristiwa yang von seputar hidup kita. Sudah menjadi kekendrungan dari keluarga sekarang sekarang untuk memiliki jumlah anak yang lebih kecil daripada keluarga yang lebih senior usianya. kita perlu untuk berterima kasih atas programm KB yang sudah lama diluncurkan oleh pemerintah. Kalau begitu apakah anak-anak dari keluarga kecil hidup lebih beruntung dibandingkan dengan anak-anak dahulu dari keluarga besar (). Dari segi pertumbuhan biologi bisa dijawab ya karena keluarga kecil bisa menyediakan kebutuhan bahan sandang dan pangan yang lebih baik. Tetapi dari segi pertumbuhan geistigen, emosional dan sosial, pada sebagian keluarga kecil sekarang, perlu telaah lebih lanjut. Dari pengalaman kita dapat melihat bahwa cukup banyak generasi muda sekarang yang hidup tanpa orientasi yang jelas, merasa masa depan mereka tidak pasti als menjadi mudah frustasi. Kita juga dapat menemui Banyak Pemuda Dan Pemudi Sekarang Hidup Kurang beruntung dibandingkan dengan orangtua mereka. Padahal tingkat pendidikan mereka rata-rata cenderung lebih tinggi. Tetapi mengapa mereka tampak tidak berdaya, cendrung santai, menganggur karena terbatasnya lowongan kerja yang sudah menjadi alasan klasik. Kecendrungan Kelurga Dulu Dengan Anak Banyak Membrana Mereka Harus Banting Tulang Untuk Menghidupi Dan Mencukupi Kebutuhan Anggota Keluarga Yang Jumlahnya Lebih Besar. Malah sebagai implikasi, kadang-kadang, anak-anak Wortspiel wajib bekerja untuk meringankan beban keluarga. Keluarga leitender dengan jumlah anak yang agak banyak hampir-hampir tidak punya waktu untuk mencikaraui, ikut campur dalam urusan pribadi anak-anak mereka. Kecendrungan anak-anak dari keluarga besar adalah mereka mengalami dan memiliki pertumbuhan sosial dan emosional yang lebih baik daripada sebagian anak-anak keluarga kecil. Mereka sejak usa dini sudah dilepas oleh ayah-ibu yang juga sibuk untuk mencari nafkah untuk ikut mengembara, melakukan eksplorasi atau penjelajahan, bersama kakak dan teman-teman mereka. Sejak usa dini mereka sudah memiliki segudang pengalaman hidup lewat peristiwa demi peristiwa sosial. Suka duka pengalaman sosial dari düne bermain yang mereka alami. Mereka telah belajar untuk mengenal Sprachen tentang peran hidup untuk beradaptasi, berakomodasi, menerima dan mengalah als kadang-kadang harus berkompetisi. Keluarga Junior dengan jumlah anak yang hanya rata-rata 2 orang sebagian cendrung bersifat terlalu posesif sehingga punya kesan banyak serbanya yait serba melarang, serba melarang, serba membantu anak dan lain-lain. Sehingga terkesan menjadi serba memanjakan anak als serba membelenggu kebebasan untuk berkresi. Berekspressi dan melakukan kreatifitas. Sikap possesif keluarga junior ini agaknya türkischen Oleh rasa khawatir yang berlebihan. Khawatir atau Taku anak terjatuh dan cedera. Seakingga semua gerak-gerik anak sella diawasi dan dicemasi. Hal ini membuat anak menjadi serba ditolong als serba dilindungi. Akibatnya anak kurang auf der Suche nach kurang melaksanakan ekplorasi dalam dunianya ini berarti anak akan miskin dengan pengalaman hidup. Anak yang kekurangan pengalaman hidup karena telalu banyak dilindungi. Ibarat telapak kaki yang terlan banyak dilinderi oleh sepatu menjadi amat tippis dan susah melangkah diatas kerikil-kerikil. Hidup di dunia memang penuh dengan benturan-benturan kecil sampai dengan benturan-benturan besar sebagai kerikil kehidupan. Unbenannt: disini tidak ada kecendrungan kita untuk mengatakan bahwa keluarga leitender atau keluarga dengan banyak anak jauh lebih baik. Namun Disini Tersirat Sebuah Penekanan Bahwa Orang Tua Dati Keluarga Kecil, Sebagai Keluarga Berencana, Perlu Untuk Menjadi Arif Dan Lebih Matang Dalam Mendidik Dan Membesarkan Anak-Anak Mereka. Mereka perlu untuk selal menimba ilmu dari buku dan pengalaman hidup, malah kalau perlu menimba pengalaman hidup, mendidik anak, dari keluarga senior tadi. David J. Scwart (dalam bukunya Die Magie des Denkens groß 1996) mengatakan bahwa lingkungan dan orang-orang di sekeliling kita adalah ibarat laboratorium kemanusiaan. Kita adalah sebagai ahli untuk Arbeit tadi. Kita dapat mengamati dan menganalisa mengapa seseorang bisa punya banyak teman atau sedikit teman, berhasil atau gagal atau biasa-biasa saja. Kita Wortspiel kemudian dapat memilih tiga orang yang berhasil dan tiga orang yang gagal als kemudian menganalisa dan membandingkan kenapa mereka bisa demikian. Hasil pengamatan als penelitianischen Tadi bisa menjadi Pengalaman berharga bagi kita. Sebastian orangtua, kita perlu bersikap arif dänische Bijaksana dalam mendidik dan memebesarkan anak. Kita harus punya konsep tentang bagaimana menjadi orangtua yang idealen bagi mereka termasuk dalam hal megurus dan mengarahkan pendidikan mereka. Bagaimana orang tua menyikapi anak yang lulus als mencari sekolah untuk pendidikan selanjutnya. Sebagai contoh, cukup banyak anak-anak lulusan dari SLTA yang tidak tahu hendak kemana pergi setelah itu. Kemana atau apa yang akan dilakukan setelah lulus dari SMA merupakan salah satu titik penting dalam kehidupan seseorang. Sie haben keine Berechtigung zur Stellungnahme. Keendusan Tentang Langkah Apa Yang Akan Diambil Memeberikan Pengaruh besar terhadap kehidupan selanjutnya. Penting untuk diingat bahwa setiap anak perlu memiliki suatu cita-cita atau tujuan spesifik yang menjadi arah dari apa yang in untuk dicapaianya. Namun Dalam kenyataan adalah cukup banyak anak-anak, lulusan SMA, yang kebingungan karena tidak punya cita-citas berfikir harus mengapa setelah ini. Kebingungan bersummer dari kurangnya pengenalan minat dan kemampuan diri. Tentu się in in akibat dari miskin atau kurangnya pengetahuan dan wawasan. Kurangnya persiapan intelektuistisch dan kurang mengenal pribadi sendiri. Kekurangan-kekurangan ini, seperti yang telah dijelaskan, Siebenbürgermilch minimnya pengalaman ekplorasi dan jati diri. Penyebab gelegen adalah karena tidak terbiasa dengan budaya belajar dan hidup yang mandiri. Tidak punya cita-cita dalam hidup dan kurang männeral potensi diri adalah efek negatif dari kurang ekplorasi dän kurang punya jati diri. Untuk mengantisipasi yang demikian maka orangtua als anak perlu untuk mengembankan dunien jelajahnya atau ekplorasi sejak dini. Setiap anak seharusnya punya banyak pengalaman, sesuai dengan konsep kepintaran berganda, punya pengalaman berteman dan berkomunikasi dengan banyak orang, banak mengenal tempat lain, mengenal senan dan olah raga, memahami dan mengamalkan agama, berpengalaman dalam menguasai emosi sendiri dan lain-lain. Anak-anak yang rajin diajak oleh orangtua ke berbagai tempat profesi seperti bank, universitas, pabrik, bandar udara, pusat pelatihan komputer als lain-lain akan memiliki segudang cita-cita dibandingkan dengan anak anak yang banyak mengurung diri di seputar rumah saja. Untuk membebaskan anak dari kebingungan dan tanpa cita-cita dalam hidup maka orangtua bertanggungjawab untuk menanamkam, dan sekaligus Mitgliedsname contoh tentang, budaya gemar belajar dan hidup mandiri sedini mungkin. Orangtua perlu untuk menyisihkan sedikit dana dan melowongkan waktu untuk keperluan belajar anak di rumah dan Mitgliedsname contoh langsung tentang betapa pentingnya memebaca, belajar yang banyak dan pintar dalam membagi waktu dan pintar berkomunikasi dengan banyak orang. Selau itu orangtua perlu mendukung anak untuk mengembangkan hobi dan bersikap kreatif dalam hidup. Orangtua perlu memberi anak kebebasan untuk mencoba dan mengurangi sikap yang terlalu possesif als über-protektif (terlalu melindungi) yang tercermin dalam sikap yang banyak serba membantu dan serba melarang anak. Di waktu lowong anak (als orang tua) perlu untuk rekreasi yang lebih bersifat edukatif. Anak-anak dengan pribadi yang berimbang antara intelektual, emosional dan spirituellen serta kreatif dan mandiri adalah anak yang sangat kita harapkan. Untuk mimujudkan ini maka kita perlu untuk menanamkan budaya gemar belajar dan hidup mandiri dalam rumah tangga sejak dini. ) Marjohan, adalah guru SMP 8211 SMA Negeri Unggul Batusangkar, Kab. Tanah Datar 8212821282128212 Herunterladen artikel ini dalam format wort dokument klik disini Pendidikan untuk anak memang mutuhkan banyak kelonggaran dari mereka yang peduli, dalam hal orangtua berkewajiban, guru dan masyarakat. Khusu pada orangatua, kelonggaran yang dimaksudkan adalah dalam segala hal, waktu, finansial, kasih, sayang, dan, cinta, serta, kesempatan, bagi, anak, untuk, mendapatkan, yang, perlu, didapatkannya, untuk, persiapan, masa, depan, lebih, baik, Keluarga senior dapat berlangsung sebab persaiangan jaman tidak ata belum ketat, tetapi untuk saat sekarang jika keluarga masih mempertahankan keluarga senior, tentunya anak sulit mendapatkan kelonggaran yang dimaksudkan lantas, bagaimana nasib mereka selanjutnya Terima kasih pak marjohan atas pencerahan drai artiel ini. Danke pak saroni für Ihre freundliche Antwort und das ist unsere zutiefst Sorge um unsere Ausbildung Phänomen saya juga selalu mengikuti tulisan pak saroni dan belajar dari sana wassalam marjohan sma negeri 3 batusangkar Pornografi Masuk ke Sekolah Lewat Hand Telefon dan Internet Oleh. Marjohan Guru SMA Negeri 3 Batusangkar Kosakató pornografi bukanlah kosakata baru. Semua orang sudah mengetahuinya. Anakak Anak-anak pra-remaja als Remaja Wortspiel sudah mengerti dengan maksud kata pornografi itu. Sekarang kosa kata pornografi sudah melebar als kita juge mendengar kosa kata pornoaksi. Sampai detik ini orang tua di rumah und guru di sekolah tetap menganggap tabu dengan perkataan dan perbuatan porno Mereka tetap melarang keberadaan unsur - unsur pornografi pornoaksi mendekati anakanak dan pelajar. Orangtua akan merasa tercoreng mukanya kalau salah satu anggota keluarga terlibat dalam budaya atau dampak pornoaksi, seperti ada anak gadis nya yang menerima tamu laki - laki sambil memakai rok mini pada malam minggu. Atau anak laki - laki nya jalan berpegang tangan dengan gadis lain, dan sampai kepada pelanggaran norma yang lebih berat lainnya. Dalam pendidikan von rumah tangga, orangtua selalu menekankan pemberian pesan moralischen dan hukuman pada anggota keluarga agar tidak melakukan unsur - un porno porno porno porno porno porno porno porno porno porno porno porno porno, porno porno buku porno porno - gelegt. Rasa ingin tahu, ajakan teman dan pengaruh budaya luarlah yang membran benda - benda porno menyusup masuk ke dalam rumah secara sembunyi - sembunyi. Benda benda tersebut adalah seperti majalah, kaset dan dokumen porno yang disimpan serta dirahasiakan oleh anakanak remaja. Sangat disayangkan apabila ada orangua dan orang dewasa dari pihak keluarga yang purpura tidak peduli untuk mencegah hadirnya benda-benda porno dalam rumah. Atas nama demokrasi dan keindahan seni kemudian sudi untuk menyimpan als memamerkan benda - benda porno dalam keluarga. Sekolah sejak dari dulu tetap verpflichten untuk mengharamkan benda - benda dan unsur - unsur porno hadir dalam lingkungan sekolah. Dahulu, sebelum teknologi dan informasi tidak begitu berkembang, guru-guru, sudah, melakukan, tindakan, anti atau, kontra, terhadap, benda - benda, dan unsur - unsur pornografi. Es ist dir nicht erlaubt, Anhänge hochzuladen. Kejahatan siswa dalam hal pornografi pada mulanya adalah seperti menyimpan stensilan-atau tulisan cerita cabul yang diketik dan diperbanyak pada kertas stensil, komisch dan neuartig porno sampai kepada foto-foto porno yang mereka perleh lewat pedagang koran asongan di terminal bus atau lewat teman dan juga kaset Video BF. Selen itu, siswa remaja yang karena ingin tahu, menyimpan produk pornografi dan alat-alat kontrasepsi KB (Keluarga Berencana) seperti kondom, spirale, dan lain - lain, apabila tertangkap tangan oleh guru guru menyimpannya tentu akan diproses karena melanggar hukum sekolah. Proses hukumnya bisa melibatkan orangtua dan kalau perlu pihak sekolah memindahkan atau memulangkan siswa yang bersangkutan ke orangtuanya. Kemudian apalagi. Begitu kemajuan teknologi informasi semakin pesat maka bentuk atau eksistensi unsur-unsur porno menjadi semakin apik pula dan makin sulit dilacak. Film porno, foto porno, kaset video porno memang jarang lagi dikantongi remaja secara ilegal, karena produk ini sudah kadaluarsa. Maka sekarang produkt kepingn vcd porno, dengan kulit berlabel film kartun agar bisa mengelabu pihak yang mencurigai, pada halnya isinya berisi adegan terlarang, secara terang-terangan mudah beredar dan dijual lewat pedagang kaki lima dan siswa yang dilanda gejolak birahi mudah mencarinya. Hal lain, yang berhubungan dengan pornografi adalah bahwa sekarang orang tua perlu untuk melakukan cek dan ricek kalau ingin menitipkan anak pada sekolah jang berasrama, kecuali kalau kondisi kehidupan anakak anak di asrama cukup kondusif seperti tinggal di rumah sendiri. Dari pengalaman diketahui bahwa kehidupan siswa yang kurang diawasi als miskin aktivitas di asrama, maka penghuninya sering dilanda oleh gejolak dorongan libido. Pengalaman seksual yang kurang sehat mudah diperoleh oleh anakanak yang tinggal di sana. Siswa yang tinggal di asrama yang kurang terkontrol, dalam usa pubertas yang diiringi oleh dorongan libido yang tinggi, namun mereka kurang terlibat dalam aktivitas olah raga, seni dan kesibukan positiv lain, maka siswa penghuni asrama mencari penyaluran libido secara intens. Maka kalau kondisi rumah lebih baik dan orang tua bisa mengembangkan potensium anak, maka mengapa harus mengirim anak ke sekolah dengan asrama yang tidak terjamin kualitas pendidikannya. Sekarang semao orang tahu bahwa teknologi telekomunikasi semakin canggih, maka produk yang bernama hand-telefon menjadi benda yang paling digemari oleh remaja. Kini Banyak Anak Anak atau Remaja Yang Pintar Merayu Dan Bermohon Pada Orangua Agar Mereka Dibelikan Hand-Telefon. Pada mulanya hand-telefon dirancang dengan fungsi untuk berkomunikasi. Namun kolaborasi ahli bisnis dan ahli teknologi menciptakan produkt handtelefon menjadi semakin menarik, dilengkapi dengan aksesoris kamera, lagu, spiel, dan fiture yang lain. Maka kemudian fungsi memiliki hand-telefon berubah, tidak lagi sebagai sarana berkomunikasi, namun berubah menjadi sarana untuk membentuk lebensstil atau gaya hidup. Sekarang Hand-Telefon Yang Pas Menuru Selera Siswa Adalah Kala Ada Kamera, Lagu, Spiel dan aksesoris lain. Hand-Telefon yang seperti ini sangat layak dibawa dan dipamerkan di sekolah, namun kalau desain handtelefon terlalu sederhana maka mereka jadi malu dan ingin untuk menyimpannya dalam tong sampah. Diam guru di sekolah melihat gerak gerik dan prilaku yang mencurigakan atas prilaku siswa yang memilikis hand-telefon berkamera ini. Mereka melakukan razia maka ditemukan sederetan film-film porno dan gambar porno yang mereka saling kirim lewat blau-zahn atau inframerah. Maka Guru-Guru dengan hati nuraninya sebagai pendidik menjadi amat sedih dan terluka. Ternyata orangtua bisa dikibuli oleh anak mereka sendiri. Segudang janji yang diikrarkan anak sebelum dibelank Hand-Telefon tidak terbukti. Berbarengan dengan datangnya teknologi handtelefon maka datang pula teknologi internet. Sarana internet dirasakan amat penting untuk mengakses informasi als sarana untuk berkomunikasi. Perpustakaan merupakan tempat untuk mencari ilmu pengetahuan als informasi. Tetapi sarana Internet-Terasa jauh lebih menarik dari pada perpustakaan. Dan sekarang fenomena yang terjadi adalah kehadiran internet telah muatu perpustakaan menjadi sepi dan hanya layak sebaiang gudang untuk menyimpan buku - buku. Akibatnya kini banyak perpustakaan yang menjadi sepi oleh pengunjung als buku bukunya sendiri mulai menguning dan dipenuhi debu. Mengapa remaja pergi ke Internet Bahamas Baja Bahamas Bahamas Bahamas Bahamas Bahamas Bahamas Bahamas Bahamas Bahamas Bahamas Bahamas Bahamas Bahamas Bahamas Bahamas Bahamas Bahamas Bahamas Bahamas Bahamas Bahamas Bahamas Bahamas Bahamas Bahamas Bahamas Bahamas Bahamas Bahamas Jawaban mereka 100 sangat benar, namun kenapa warnet sengaja dirancang dengan bilik bilik kecil dengan dinding agak tinggi, dari balik dinding bilik kecil tadi terdengar suara penuh curiga dan mata waspada. Maka begitu mereka selesai mengakses Internet lewat mesin yahoo, google dan mesin lain maka akan tersisa kosa kata mesum bahwa remaja-mulai yang bau kencur sampai kepada remaja usa hampir dewasa - baru saja mengkonsumsi gambar, film dane artikel jorok atau porno. Dahulu ketika zamannya bioskop lagi menjamur, maka unsur - unsur seks lah yang membran bioskop tersebut jadi ramai oleh pengunjung. Dan sekarang hal itu juga terjadi pada Internet. Karena ada unsur - unse seks, maka internet juga menjadi makin laku. Namun sekarang bagamana lagi. Di rumah dan di sekolah, orang tua dan guru pasti mengharamkan unsur unur seks atau pornografi menyentuh siswa. Nam................................................... Kini siapa yang patut mengawasi anakakak dan remaja tidak ketagihan oleh unsur - unsur pornograf bila mereka berada di luar rumah dan sekolah. Bila kejahatan seksual meningkat von tengah masyarakat, maka dapat diprediksi bahwa keberadaan warnet ikut berpartisipasi untuk menyuburkan budaya pornoaksi dan pornografi. Rangsangan-rangsangan pornografi lewat internet telah berpotensi untuk meningkatkan gelora libido mereka yang tidak terkontrol, pada akhirnya bermuara pada kejahatan seksual inzest, kehamilan di luar nikah, pengguguran kandungan, pelecehan seksual dan lain-lain. Orang tua dan guru tentu selalu menyerukan als berpesan agar anakanak mereka selalu ingat dengan ungkapan sagen nein zu situs porno. Nam........................................................ (Marjohan, Guru SMA Negeri 3 Batusangkar) Merokok Sudah Jadi Gaya Hidup von Sekolah Oleh. Marjohan Guru SMA Negeri 3 Batusangkar (Programm Pelayanan Keunggulan) Ada beberapa undang - undang atau peraturan yang tidak tertulis di sekolah, sudah disepakati dan diketahui oleh orangtua, anak didik, pendidik (guru) dan masyarakat. Peraturan-Peraturan tersebut kalau dirunut dari skala larangan paling berat sampai kepada larangan ringan adalah seperti: tidak boleh melakukan pergaulan bebas, narkoba, minuman keras, berjudi, pornografi, pornoaksi, merokok, memakai perhiasan berlebihan, berambut panjang, memakai seragam sekolah Yang tidak pantas, sampai kepada mencontek selama ujian. Dan Larangan Ringan Terbaru Adalah tidak Boleh Membran Hand Telefon KE sekolah karena bisa mengganggu PBM-proses belajar mengajar. Mengkonsumsi rokok adalah dilarang von Sekolah. Ini sudah diketahui oleh semua anak didik, guru dan orangtua siswa. Namön fenomena di negara kita dan juga fenomena di lingkungan sekolah bahwa hukum atau peraturan hanya untuk dipatuhi oleh kalangan bawah, kalau di sekolah adalah untuk anak didik. Seperti larangan merokok, ini hanya berlaku und Harus dipatuhi oleh anak didik. Kalau mereka ketahuan melanggar merokok dalam lingkungan sekolah malah juga untuk luar sekolah - maka berarti mereka membran kasus pelanggaran peraturan sekolah. Kasus pelanggaran tatatertib sekolah harus diproes mulai dari tingkat wali kelas, guru BK (Bimbingan Konseling), pihak Kepala Sekolah. Dan kalau tidak bisa dibina maka mereka dibinasakan - disuruh pindah sekolah atau dipulangkan ke orangtua. Pelaksanaan larangan merokok tentu saja bervariasi wujudnya pada banyak sekolah. Ada Sekolah Yang Melaksanakan Dengan Seriën Dan Penuh Tanggung Jawab Dan Ada Pula Yang Menerapkanny Penuh Purpur mit Sekedar Basalis. Sekolah yang sangat peduli dengan kualitas pendidikan, umumnya tidak mengenal basa basisch dalam menegakan disiplin dan wibawa sekolah. Nam.................................................... Sekolah yang siswanya, apa lagi kalau guru gurunya, gemar merokok dapat dipantau als dijumpai di mana - mana. Seringkali sarana tempat merokok mereka adalah di kantin sekolah milik masyarakat lokal. Seien Sie der Erste der diese Webseite einstuft! Beberapa Anak Didik Sengaja Membrane beberapa menit atau mencari alasan untuk keluar kelas als menyelinap ke dalam warung dekat sekolah agar bisa mengepulkan asap rokok untuk märzloh decak kagum dari tempeman yang juga merintis diri untuk jadi perokok. Sebnian Yang lain sengaja memilih tempat Yang Agak Jauh Dari Sekolah Agar bisa Merokok Seperi Yang Dianjurkan Oleh Puluhan Sampai Ratusan iklan rokok Yang Dikemas sangat Menarik dan diiringi rayuan seperti. Merokok untuk mewujudkan selera pria sejati. Ada kritikan yang patut kita lontarkan kepada pemilik warung yang melegalkan rokok untuk siswa di seputar sekolah. Silahkan mencari rezki lewat berdagang dengan menyediakan kebutuhan makan minum warga sekolah, tetapi jangan mencari untung lewat bisnis rokok karena merokok adalah illegalen untuk anak didik dan warga sekolah. Tentu saja semua anak didik sudah tahu bahwa mereka tidak boleh merokok. Tetapi sebahagian mereka menjadi bingung memahami nasehat yang berbunyi seperti merokok dapat merusak kesehatan. Namun modell atau suri teladan mereka di rumah (orang tua) dan di sekolah (guru-guru) melanggar nasehat ini. Dan akhirnya sebahagian mereka yang lagi dilanda kebingungan untuk mencoba merokok atau tidak perlu merokok - merintis jalan untuk menjai perokok sejati. Larangan merokok tampaknya hanya ditujukan untuk anak didik, bagaimana untuk guru-guru. Larangan merokok tidak berlaku untuk guru guru perokok. Barangkali karena peraturan als Larangan dirancang oleh Guru Dan Harus Dipatuhi Oleh Anak Didik. Sementara guru guru sendiri seolah olah memiliki hak kebal hukum. Pantaslah Banyak Guru Yang Semau Gue Merkok di lingkungan sekolah. Guru perokok yang masih bersembunyi saat merokok masih bisa dianggap sebagai guru perokok yang memiliki sopan santun. Namun bagaimana dengan guru yang memperlihatkan kekuasaannya. Dengan rasa enteng minta tolong belikan rokok pada anak didik dan merokok der depan keramaischen murid seenaknya. Dan Ada Guru Yang Dengan Arrogannya Merokok di Dalam Kelas Saat Melaksanakan PBM-Proses Belajar Mengajar. Bagi Guru Yang Begini Maka Berlakulah Pribahasa Yang Berbunyi. Guru kencing berdiri, murid kencing berlari. Kalau guru menjai suri teladan yang jelek maka tentu kelak anak didik mereka menjadi lebih jelek lagi. Kalau Guru adalah perokok yang hebat dalam kelas maka jangan salahkan kalau kelak ada anak didik yang menjadi pemakai narkoba dan peminum miras - minuman keras. Melihat fenomena di atas maka dewasa ini setiap anak Didik perlu untk memiliki taga tahan yang lebih hebat untuk tidak merokok. Karena ajakan untuk merokok - memasukan asap rokok kretek atau zat - zat beracun ke dalam paru paru datang dari berbagai pihak. Saat mereka tahu dengan bahaya merokok, namun von rumah mata mereka menatap orang yang mereka hargai-bapak, kakak, paman, kakek dan tetanggam menghisap rokok dengan ekspresi kenikmatan yang penuh engan kepalsuan. Di sekolah mereka juga terganggu oleh gaya guru yang dengan enteng menghisap rokok. Siswa Yang tidak pernah merokok Wortspiel akhirnya memperoleh Druck atau tekanan dari teman sebaya yang sudah menjadi perokok junior. Mereka yang tidak merokok akan diberi ejekan - hukuman psikologis - sebagai orang yang tidak jantan. hanya orang perempuanlah yang tidak merokok, atau dia tidak merokok karena pingin naik haji - alias ia orang yang amat kikir. Tekanan dalam bentuk ejkan sangat mujarab utuk membuat anak didik (teman sebaya) segera mencoba merokok sampai akhirnya juga jadi pencandu rokok. Andaikata ada yang tidak percaya dengan judul tulisan ini, maka marilah kita kunjungi sekolah - sekolah SLTA SMA, SMK dan Madrasah - di beberapa daerah pada saat sekolah usai. Kita akan melihat siswa-siswa bubar, melangkah menuju rumah, maka pasti terlihat beberapa siswa mulai memegang bungkus rokok. Mereka saling bercanda dan melempar ejekan pada yang tidak merokok atau meledek teman yang merek rokoknya kurang gaul. Memang merokok kelihatan sudah menjadi gaya hidup bagi sebahagian guru dan sebahagian anak didik. Fenomena para perokok adalah bila mereka saling berjumpa maka mereka saling meminta atau menawarkan korek api. Atau sebelum mereka memulai percakapan mereka saling menyodorkan bungkus rokok kretek sebagai tanda persahabatan yang tulus. Ini adalah bukti bahwa merokok bagian dari gaya hidup. Sambil mengepulkan asap nikotin dari bibir yang hitam maka barulah meluncur kalimat - kalimat pergaulan mereka. Sepuluh atau dua puluh tahun yang silam jumlah produksi rokok tentu saja tidak sebanyak yang sekarang. Namun kini produksi rokok sudah amat mengkhawatirkan dari sudut jumlah rokok dan jumlah merek rokok itu sendiri. Rokok rokok - pemilik industri rokok - tersebut saling berlomba untuk menarik dan mengajak semua orang agar segera mejadi perokok sejati. Iklan rokok dengan bahasa yang indah - membujuk dan mengajak semua orang untuk jadi perokok - terpajang didepan mata dimana - mana di gardu polisi lalulintas, pada jalan raya utama, di tempat keramaian anak anak muda. Malah industri rokok tidak segan - segan bersedia menjai sponsor atau donator dari berbagai kegiatan sekolah selagi spandu nama rokok mereka tidak lupa untuk dipajang. Masih adakah orang yang peduli sekarang untuk menasehati anak didik dan guru - guru untuk tidak merokok. Terus terang bahwa merokok sebagai gaya hidup tidak memberikan manfaat apa - apa, kecuali hanya memberi mudharat dalam meracuni paru - paru anak anak muda. Memilih merokok sebagai gaya hidup sangat merugikan diri karena mendatangkan penyakit. Menjadi penghisap rokok hanya memberikan keuntungan bagi pemilik pabrik rokok yang punya niat tidak baik yaitu untuk meraup laba dan ikhlas membuat pencandu rokok untuk segera sakit atau pelan - pelan bergerak menuju kematian. Bukankah sudah cukup banyak jumlah orang yang meninggal karena mengalami sakit paru - paru gara - gara mejadi pencandu rokok yang hebat dalam hidupnya. Maka kini fikirkanlah untuk menjadikan merokok sebagai gaya hidup di sekolah. (Marjohan, Guru SMA Negeri 3 Batusangkar) Tuntutlah Ilmu Di Universitas Kehidupan Oleh: Marjohan Guru SMA Neg. 3 Batusangkar (Program Layanan Keunggulan) Semua orang setuju bahwa ilmu adalah kekuatan. Agama Islam juga mengakui dan menganjurkan kepada kita (pemeluknya) untuk selalu mencari ilmu. Ada beberapa ajakan seperti Tuntutlah ilmu dari ayunan sampai ke liang lahat. Tuntutlah ilmu sampai ke negeri Cina, dan UNESCO salah satu badan PBB - juga merespon dengan semboyan life long education atau pendidikan seumur hidup. Kita tidak tahu bahwa apakah semboyan yang mengajak anak - anak atau generasi muda untuk mencari ilmu sebanyak mungkin dalam hayat ini, masih berkumandang di rumah - rumah dari bibir orang tua pada anaknya atau sudah tidak ada lagi. Namun dari ungkapan lama dalam memberi motivasi tentu kita masih ingat dengan ungkapan yang berbunyi gantungkanlah cita-cita mu setinggi langit. Dari ungkapan di atas dapat kita simpulkan bahwa setiap orang perlu mempunyai cita - cita yang tinggi dan juga perlu untuk mencari ilmu dan pengalaman. Orang tua merupakan guru pertama yang dikenal anak. Sebagai guru pertama bagi anak, maka mereka (ayah dan ibu) mengajar dan menumbuh - kembangkan pribadi anak mulai dari belajar berbicara (berbahasa), belajar bejalan, belajar makan, belajar bersosial sampai kepada belajar bermoral atau bersopan - santun. Cita - cita yang diperkenalkan orangtua pada mereka, saat masih kecil sungguh sangat mulia, yaitu seperti: bila anakku besar kelak moga - moga bisa menjadi orang yang brguna bagi nusa, bangsa dan agama. Saat anak melangkah memasuki dunia pendidikan, mulai dari bangku TK, SD, SMP, SLTA dan malah sampai ke Perguruan Tinggi, cita - cita yang terlalu umum tadi berubah menjadi cita-cita yang lebih spesifik. Begitu ditanya tentang cita - cita anak, maka ia (mereka) dituntun agar memilih menjadi dokter, insinyur, guru, hakim, polisi, tentara, dan lain - lain. Cita cita tentang profesi ini bisa disederhanakan menjadi bila besar kelak aku ingin menjadi PNS, pegawai BUMN atau pegawai swasta. Secara tidak langsung guru - guru sudah menanamkan cita - cita dalam jiwa anak agar bila dewasa mereka bisa menjadi PNS atau pegawai kantoran, dan ini pulalah yang bernama cita - cita. Sementara itu menjadi pedagang, penulis, ulama, tokoh masyarakat bukan dipandang sebagai cita - cita. Lebih lanjut menjadi petani, nelayan dan buruh (oleh orang tua atau lingkungan) diperkenalkan sebagai pekerjaan atau cita - cita rendah dan cita - cita kurang mulia.. Kolaborasi guru dan orang tua sangat diperlukan agar bisa memotivasi anak untuk belajar keras sejak dari SD sampai ke tingkat SLTA dan Perguruan Tinggi. Segala teori dan artikel tentang pendidikan dibaca dan diterapkan dan fasilits belajar untuk anak dilengkapi. Pendidikan setiap anak sejak dari tingkat SD sampai tamat Perguruan Tinggi bisa menghabiskan rentang waktu 17 atau 18 tahun. Anak - anak yakin bahwa begitu tamat dari Perguruan Tinggi, memperoleh gelar sarjana, maka kerja, seperti menjadi PNS, pegawai BUMN dan swasta atau kantor, akan mudah diperoleh. Posisi PNS dan kantoran adalah posisi yang diperkenalkan oleh orang tua atau lingkungan sebagai posisi yang kerjanya sangat mudah, karena duduk atau goyang kaki gaji tetap keluar. Fenomena dalam beberapa tahun silam bila seseorang tamat Perguruan Tinggi, apalagi bila IP (Indeks Prestasi) juga tinggi, bisa menjanjikan bahwa PNS dan kerja kantoran mampu menampung semua lulusan Perguruan Tinggi. Malah untuk PNS masih menerima jatah sisipan apalagi jatah PNS pesanan melalui memo agar keponakan, adik atau anak seorang pejabat bisa jadi PNS walau kualitasnya sangat mengecewakan. Maka jadi gemuklah populasi PNS dan susah payah pula negara untuk mencari anggaran guna menggajinya mereka walau job descriptionnya serba tidak jelas. Namun dalam sistem manajemen pemerintahan yang lebih ramping - seperti sekarang - maka menjadi PNS walau gajinya masih standar atau kadang kala masih dibawah standar, kebanyakan sarjana lulusan Perguruan Tinggi, termasuk Universitas favorit, masih bermimpi untuk bisa jadi PNS. Begitu lulus dari Perguruan Tinggi, banyak sarjana potensial yang hanya mampu membuat surat lamaran atau menunggu lowongan agar bisa mengikuti test penerimaan PNS. Bila gagal mereka rela untuk menjadi pengangguran intelektual. Adalah fenomena bahwa datang bertubi - tubi serangan dan kecaman kepada dunia pendidikan - kurikulum yang miskin dengan link and match, dan kebijakan pemerintah. Yang paling parah adalah hujatan kepada lembaga Perguruan Tinggi yang hanya mampu menghasilkan sarjana PNS oriented. Padahal semangat untuk menjadi PNS dalam wujud cita-cita menjdi dokter, hakim, guru, dan lain - lain adalah gara - gara suksesnya kolaborasi antara orang tua dan guru dalam membangun image PNS, mulai dari guru TK, SD, SMP sampai kepada guru SLTA dan dosen. Saudara - saudara kita yang gagal atau drop out dari sekolah ketika di SD, SMP, atau SLTA mungkin tidak mengenal untuk menjadi PNS seperti impian sarjana lulusan Universitas (perguruan tinggi) se Indonesia. Mereka yang drop - out tentu disebabkan oleh seribu satu hal, seperti kesulitan ekonomi orang tua, kehilangan motivasi belajar, buruknya budaya belajar di rumah atau di sekolah, dan sampai kepada gara - gara broken home. Mereka yang drop out saat di SLTA atau pada sekolah sebelumnya, tentu mereka tidak mungkin bisa studi di Perguruan Tinggi dan juga tidak mengenal apa itu universitas dan siapa itu dosen atau mata kuliahnya. Namun saudara kita yang drop out atau putus sekolahi, sebahagian mereka mampu mengumpulkan energi hidup dan membentuk motivasi untuk kehidupan. Motivasi yang datang dari dalam diri sendiri atau yang datang dari orang yang punya pengalaman sukses, mereka itulah yang menjadi sumber inspirasi atau dosen bagi mereka yang belajar dalam universitas kehidupan ini. Bertukar atau berbagi pengalaman hidup dengan kakak, paman, famili, tetangga dan pengalaman orang lain secara langsung bisa lebih baik dari teori yang diberikan oleh profesor atau doktor di universitas yang nyata. Meskipun mereka tidak belajar atau kuliah dengan dosen atau professor di unversitas yang terakreditasi baik, tetapi berbagi pengalaman dengan orang sukses adalah juga berarti terlibat langsung dalam perkuliahan ala Socrates dalam zaman Yunani kuno dengan dosen di universitas kehidupan. Menuntut ilmu di universitas kehidupan, telah membuat orang bisa memiliki tekad hidup yang kuat. Mereka jadi berani untuk pergi merantau, berani untuk mencoba dan berani untuk menanggung resiko. Adalah bentuk pekerjaan lulusan dari niversitas kehidupan seperti menjadi petani, beternak, bertukang, dan membuka usaha konveksi telah mampu menghidupi ribuan atau bahkan jutaan orang se Indonsia. Kemudian ada orang yang hanya belajar secara alami - atau diistilahkan dengan belajar di Universitas kehidupan - mampu menjadi orang yang sukses lewat membuka toko, restaurant, usaha konveksi, catering. Dan ini adalah bentuk dari profesi yang lahir dari ide - ide kreatif. Profesi ini tidak mungkin ada (atau apakah ada) dalam daftar cita - cita siswa SLTA saat mengisi formulir SPMB (Seleksi Penerimaan Mahasiswa Baru) Berbagai perguruan tinggi (universitas) sekarang seolah - olah hanya mampu melahirkan sarjana yang kaya dengan teori namun bingung dalam menatap masa depan. Sementara orang yang lulus dari universitas kehidupan telah melahirkan orang - orang yang berjiwa kuat. Kalau begitu salahkah menuntut ilmu di univeritas yang nyata Menuntut ilmu di berbagai perguruan tinggi adalah keputusan yang sangat baik dan lebih baik lagi kalau menuntut ilmu di perguruan tinggi favorite dan menata cita - cita atau rencana kehidupan yang lebih nyata. Ibarat cita - cita saudara kita yag sukses dari pengalaman hidup (universitas kehidupan) mereka sukses bukan lewat PNS, BUMN, pegawai swasta atau kerja kantoran. Adalah sangat penting bagi setiap siswa sejak dari SLTA untuk melakukan eksplorasi atau memperluas jelajah mental melalui pengalaman sendiri dan pengalaman orang lain. Sebagai siswa atau mahasiswa mereka tidak harus lagi membuang-buang waktu setelah menekuni teori tentang kehidupan, rumus dan tugas setiap mata pelajaran. Juga penting kalau mereka mengembangkan diri dan mencoba seribu satu macam kegiatan yang berhubungan dengan kecakapan hidup. Maka sekarang tidak perlu lagi merasa gengsi untuk terjun ke sawah, ke ladang, ke kolam ikan, ke padang rumput untuk belajar tentang life skill. Atau menjalankan traktor, memasak di restauran dan harus merasa malu kalau hanya pandai memanjakan kulit dan membiarkan orang tua melepuh badanya terbakar matahari. Sikap manja dan cengeng sungguh tidak bermanfaat. Bila guru - guru dan dosen hanya memberi teori di sekolah dan universitas maka cobalah sempurnakan melalui pengalaman hidup, bertukar fikiran dengan oang - orang sukses dari universitas kehidupan. Mereka adalah seperti pemilik rumah makan, pengumpul komoditas ekspor, pengusaha rice milling, kyai atau ulama bear dan - lain lain. Kemudian renungankan mengapa dan bagaimana mereka bisa jadi sukses. (Marjohan, Guru SMA Negeri 3 Batusangkar) ide yang bagus juga untuk mengembangkan motovasi mambaca
Comments
Post a Comment